oleh: Zulfikar Tamher
Kita mungkin sudah sering mendengar kutipan ayat Al-Quran yang berbunyi "Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar" atau kalimat yang lumrah di sekitar Kita "Orang sabar disayang Allah". Sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al-Baqarah (2: 153) Allah sendiri yang memerintahkan manusia untuk memiliki sifat sabar. Hingga jika Kita memiliki sebuah permasalahan pun solusinya hanya berupa sabar dan shalat.
Namun tak sedikit dari Kita selalu meragukan apa yang ada dalam Al-Quran, padahal dalam lisan terucap iman kepada Allah dan Kitab-KitabNya. Sering kali ketika Kita dilanda masalah selalu berharap Allah memberi solusi praktis secara langsung, Namun ketika Allah sudah memberi solusi dari awal malah Kita nya yang tidak meyakini, padahal solusi tersebut langsung dari Allah.
Sebenarnya ketika Allah hanya menyuruh Kita sabar, tidak ada yang salah dengan perintah tersebut, justru hanya Kitanya-lah yang sebenarnya belum memahami makna sabar tersebut. Hingga tidak yakin dan menyepelekan hakikat kesabaran. Karena memang benar, Ketika kita mendapat atau merasakan sebuah permasalahan, Allah tak pernah menyuruh Kita untuk mencari solusinya secara langsung, karena itu tugas Allah untuk menyelesaikan setiap permasalahan Kita, karena ketika Allah memberikan Kita sedikit kesulitan, bersamanya Allah pun akan memberikan kemudahan, lihat QS. Al-Insyirah (94: 5-6)
Maka sekali lagi, ketika Kita tak kunjung bisa menyelesaikan sebuah permasalahan hidup, bukan Allah yang salah dalam memberikan solusi, namun Kita-lah yang tidak memahami hakikat kesabaran.
Lalu, apakah sabar itu?
Dalam QS. Al-Baqarah (2: 155-156) Allah menjelaskan bahwa Orang yang sabar itu ketika Ia ditimpa musibah maka Ia berkata "Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raajiuun" (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya lah kami kembali). Maksudnya dalam hati, lisan, dan sikapnya menunjukkan keridhoan terhadap apapun yang Allah berikan kepadanya sekalipun itu adalah hal yang tidak disukai. Tidak ada sedikitpun komplen atau keberatan terhadap segala hal yang Ia rasakan, karena meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya terjadi atas kehendak Allah, dan yakin bahwa Allah tidak akan menghendaki sesuatu yang buruk bagi dirinya.
Dan sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah -Shalallahu Alaihi Wassalam- dalam HR. Bukhari I/430 No. 1223, Muslim II/637 No. 926, dan Abu Daud II/210 No. 3124) bahwa sabar itu pada hempasan pertama. Maksudnya, seseorang bisa dikatakan bahwa ia sabar ketika dari awal tertimpa musibah ia benar-benar langsung sabar, ridho terhadap apa yang ia alami, tidak diselingi oleh perasaan marah, mengeluh, atau apapun itu terlebih dulu kemudian sadar dan beristighfar kepada Allah.
Demikianlah makna sabar yang dijelaskan oleh Allah dan RasulNya, maka mari Kita lihat kedalam diri Kita, apakah Kita sudah benar-benar sabar hingga Allah menjadi dekat dengan Kita? atau masih jauh dari sifat sabar?
Maka jangan salahkan siapa-siapa jika ketika dilanda masalah tak kunjung menemukan solusi, malah mempertanyakan kebenaran Al-Quran, misalnya sampai keluar perkataan: "koq ga ada solusi terus, padahal saya kan sudah sabar?" padahal ketika Kita berucap demikian, justru sampai saat itu pun sebenarnya Kita belum sabar. Maka pantaslah Allah tak berada di dekat Kita, apalagi membantu memberikan solusi.
Yuk, belajar sabar...
caranya dengan menyadari, menerima, dan ridho terhadap apapun yang Allah kehendaki terhadap Kita, sekalipun mungkin itu sesuatu yang tidak Kita sukai. Yakinilah bahwa Allah takkan memberikan sesuatu keburukan apapun kepada diri Kita.
No comments:
Post a Comment